“Bangun Siang, Dikirain Kena Santet”

“Bangun Siang, Dikirain Kena Santet”

MEMERANDOM.COM
" gumamku sambil meraba-raba HP di nakas. Mata masih berat kayak abis ngangkat barbel 100 kilo. Pas kebuka… jleb! Jam 1 siang! Astaga, ini sih bukan bangun siang lagi, tapi udah sarapan sore sekalian.

Biasanya, aku ini tipe morning person. Jam 6 pagi udah nyeruput kopi sambil ndengerin kicauan burung (yang kadang-kadang lebih mirip suara knalpot motor). Tapi hari ini beda. Badan kayak ditindih setan gentayangan, kepala muter-muter kayak komedi putar di pasar malem.

"Lho, kok tumben bangun siang men, Le?" Emak nyelonong masuk kamar sambil bawa nampan isi teh anget sama gorengan. "Biasane jam segini wis ngopi karo nggodain mbak-mbak warung."

Aku cuma bisa nyengir kecut. "Nggak ngerti, Mak. Badan kayak remuk kabeh. Kepala pusing, mata burem."

Emak langsung masang muka serius. "Hmm, ojo-ojo… kena santet!"

Jleb! Sekali lagi. Kali ini lebih ngeri daripada ngeliat saldo ATM tinggal seribu perak. Santet, bro! Di era digital gini, masih ada aja yang percaya sama begituan. Tapi ya gimana, namanya juga emak-emak Jawa. Mitos dan logika kadang-kadang beda tipis kayak rambut dibelah laser.

"Santet dari siapa, Mak? Perasaan aku nggak punya utang sama rentenir, nggak rebut pacar orang, juga nggak ngutang pulsa sama tetangga," ujarku sambil berusaha membela diri.

Emak menggeleng-gelengkan kepala. "Santet itu nggak cuma soal utang piutang, Le. Bisa jadi ada sing sirik karo kowe. Mungkin kowe terlalu ganteng, terlalu pinter, terlalu sukses… atau mungkin terlalu sering ngutang rokok di warung."

Aku cuma bisa garuk-garuk kepala yang nggak gatel. Oke, yang terakhir mungkin ada benernya.

Mulai Investigasi Ala Detektif Konan (Versi Jawa)

Mulai dari situ, Emak langsung bertindak kayak detektif. Manggil Mbah Mijan (KW super) dari kampung sebelah buat meriksa aura. Disuruh minum air putih yang udah didoain (rasanya kayak air keran biasa, tapi katanya manjur). Bahkan, disuruh mandi kembang tujuh rupa di tengah malam (untung nggak disuruh lari keliling kampung sambil bugil).

"Iki koyoke ono sing ngirim energi negatif, Le," kata Mbah Mijan KW sambil ngubek-ngubek gelas kopi yang udah dingin. "Energinya kuat banget, kayak energi cinta yang bertepuk sebelah tangan."

Aku cuma bisa melongo. Cinta bertepuk sebelah tangan? Mungkin Mbah Mijan ini lagi nyindir kisah cintaku yang selalu kandas di tengah jalan.

Sementara itu, Bapak nggak kalah heboh. Beliau langsung ngajak aku ke makam leluhur buat ziarah. Katanya, biar dapat berkah dan dijauhkan dari marabahaya. Di sana, Bapak cerita panjang lebar tentang silsilah keluarga, perjuangan kakek-nenek, sampai kisah cinta Bapak dan Emak yang lebih dramatis dari sinetron azab Indosiar.

"Intinya, Le," kata Bapak sambil nepuk-nepuk pundakku, "kowe kudu eling karo Gusti Allah lan leluhur. Ojo lali ngibadah, ojo lali sedekah, ojo lali bayar utang rokok."

Akhirnya Terungkap: Bukan Santet, Tapi…

Setelah drama santet ini berlangsung selama dua hari dua malam (lebih heboh dari konser dangdut di lapangan), akhirnya misteri bangun siangku terungkap. Ternyata… aku cuma kurang tidur!

Malem sebelumnya, aku begadang nonton marathon serial Netflix sampai Subuh. Ditambah lagi, abis itu langsung main game online sampai lupa waktu. Alhasil, badan kecapekan, otak nge-hang, dan alarm HP nggak kedengeran sama sekali.

Pas aku cerita yang sebenarnya ke Emak, beliau cuma geleng-geleng kepala sambil ngomel-ngomel. "Lha kok yo ngono! Dikira kena santet tenanan. Wes kadung manggil Mbah Mijan, wes kadung ziarah makam. Mubazir kabeh!"

Aku cuma bisa nyengir kuda. Ya gimana lagi, namanya juga hidup. Kadang-kadang, masalah yang kita kira rumit dan mistis, ternyata solusinya sederhana banget. Kayak bangun siang ini, bukan karena santet, tapi cuma karena kurang tidur.

Pesan Moral dan Ajak Interaksi

Dari kejadian ini, aku belajar satu hal: jangan terlalu percaya sama mitos sebelum mencari tahu fakta yang sebenarnya. Dan yang paling penting, jangan begadang kalau besoknya harus kerja atau kuliah. Kecuali kalau kamu memang pengen dikira kena santet sama emakmu.

Nah, kalau kamu sendiri pernah punya pengalaman absurd kayak gini nggak? Atau pernah dikira kena santet gara-gara hal sepele? Share cerita kalian di kolom komentar ya! Siapa tahu, kita bisa bikin buku kumpulan cerita absurd ala Jawa yang lebih laris dari kacang goreng. Ojo lali, tetep eling lan waspada!

(red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *